Hal yang tak kalah penting bagi seorang
wirausaha agar bisa tumbuh 100 kali adalah bagaimana ia mengelola sumber daya yang dia mililik
atau yang berpotensi untuk bisa dimiliki. Pada Minggu ketiga dari kuliah UCEO T100 ini kita mendapatkan masukkan dari para
mentor kita yaitu antara lain Ibu Martha Thilaar, Bapak Sudhamek AWS,– Christina Whidya Utami , Nur
Agustinus, Antonius Tanan, Yusak Anshori , Nur Agustinus dan contoh kasus usaha
mikro binaan Lembaga Pengabdian Masyarakat Universitas Ciputra.
Ibu Martha Thilaar bercerita bagaimana beliau mencapai
kesuksesan yang dicapai sekarang ini dari usaha yang sangat kecil. Dari sebuah
salon. Modal yang dia miliki adalah pengetahuan tentang Tanaman Obat, Kosmetik
dan Aroma Therapy. Beliau mempunyai mimpi besar untuk Mempercantik Indonesia
dengan tiga hal di atas. Beliau mendirikan salonnya dengan uang patungan
keluarga. Dari salon kecil itu beliau menjadi solusi kecantikan bagi
pelanggan-pelanggan yang kebanyakan istri para duta besar. Dari usaha itu
Beliau menemukan mencoba untuk memperbesar usaha dengan membuat jamu kecantikan
dengan sasaran awal untuk menembus pasar domestik. Yang pertama kali beliau
lakukan adalah membawa pulang kembali warisan budaya Indonesia yang ada di
Belanda untuk diterapkan di Indonesia. Ethnobothany dan medical
antropology adalah yang menjadi
sumber inspirasinya. Untuk meyakinkan pelanggan beliau kumpulkan orang-orang
yang berjerawat untuk diobati dengan ramuan mujarabnya berupa jeruk nipis dan
belerang. Banyak yang sembuh dan inilah salah satu kunci sukses awalanya.
Selain itu beliau mempunyai nilai
yang dipercayai untuk bisa menumbuhkan bisnisnya yaitu DJITU (Disiplin ,Jujur
,Iman yang Kuat , Inovasi Terus Menerus , Tekun dan Ulet).
Nilai inilah yang membuat perusahaan yang dipimpinnya bertahan dalam kondisi
apapun. Seperti yang terjadi pada saat krisis 1998 dimana perusahaannya tidak
mem-PHK kayawannya. Semua karena tercerahkan dengan nilai ini. Yang Terakhir
beliau menekaankan bahwa keragaman kekayaan Indonesia bisa menjadi modal yang
ternilai untuk menumbuhkan bisnis kita.
Itulah beberapa pengalaman yang
ditularkan oleh Ibu Martha Thilaar. Lain lagi dengan Bapak Sudhamek AWS beliau
memberikan percerahan tentang melakukan transformasi melalui intensitas, fokus
dan konsistensi. Beliau mengatakan sebuah prestasi besar atau mahakarya besar
itu terletak pada bagaimana kita menguasai detail. Penguasaan detail didapatkan
dari upaya terjun langsung ke bisnis yang kita tekuni. Untuk terjun langsung
maka harus fokus pada satu industri. Tidak ingin sana ingin sini. Akhirnya
semua tak berhasil.
Beliau menekanankan bahwa seorang
entreprener yang sukses itu harus mempunyai empat kompetensi yaitu pertama,
mengethaui industry know how, kedua,
menguasai industry network. Industri
network bisa terdiri dari 4 kemungkinan. Ke depan, ke belakang, kekanan dan
kekiri. Ketiga, Duit. Bagaimana me-manage
uang yang merupakan darah dari bisnis. Dan Ketiga, Manajemen.
Wisdom yang lain yang beliau
paparkan bahwa untuk menjadi pengusaha yang ideal harus mempunyai tiga syarat :
Pertama, kepintaran di atas rata-rata. Kedua,
Kerja sangat keras. Ketiga, waktu
dalam hidup.
Lain lagi pelajaran yang diberikan oleh Ibu Whidiya Utami,
beliau memaparkan pentingnya recouce
based strategy. Beliau mengungkapkan
empat hal dalam recouce based
strategy (Mahoney dan Pandini, 1991) yaitu pertama, pola organisasi dan
administrasi yang baik. Kedua, bauran dari tangible asset dan intangible asset,
Ketiga. Adaptif dan responsif terhadap dinamika pasar, dan kempat, budaya
organisasi.
Mentor selanjutnya bapak Nur Agustinus menekankan
pentingnya effectual entrepreneurship.
Inti sari dari konsepnya adalah bahwa seorang entreprener harus berfikir
effectual bukan berfikir kausal. Berfikir effectual intinya bagaimana ia
membuat bisnis berdasarkan sumber daya apa yang dia miliki bukan sumber daya
yang belum dia miliki. Prinsip effectual entreprenuership sebagai berikut :
1. Bids in Hand (apa saja yang kita miliki,
siapa diri kita, apa yang bisa kita lakukan, siapa yang kita kenal).
2. Affordble loss (sebarapa siap kita
menanggung resiko)
3. Lemonade principle (apapun yang terjadi
dalam diri kita semua bisa menjadi peluang)
4. Crazy Guilt (kemapuan membangun serpihan kenalan menjadi jaringan)
5. Pilot in the plane (dalam bisnis kita
pilotny adalah kita sendiri).
Lain hanya ide dari Bapak Yusak Anshory. Beliau mengumpamakan sukses bagaikan
medorong mobil. Di awal adalah yang
terberat. Seiring bisnis kita yang terus bertumbuh semua akan melaju dengan
lancar. Tapi ingat walaupun sudah lancar dan menguntungkan jangan lupa terus
mengontrol keuangan dan terus melakukan ekspansi.
Lebih menarik lagi apa yang dipaparkan oleh pak
Anhonius Thanan. Beliau membuat cerita imajinatif bagaimana kedai mas joko dari
sepi menjadi ramai dengan menerakan strategi ABBA (Amati, Bertanya, Berdiskusi,
dan Analisis). Dan tidak lupa menerapkan TAKUTIROKO (Tambah, Kurangi, Tiru, Rubah,
Kombinasi).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar