Rabu, 19 Maret 2014

Refleksi Minggu 3 (Resource Management)




Hal yang tak kalah penting bagi seorang wirausaha agar bisa tumbuh 100 kali adalah bagaimana  ia mengelola sumber daya yang dia mililik atau yang berpotensi untuk bisa dimiliki. Pada Minggu ketiga dari kuliah UCEO  T100 ini kita mendapatkan masukkan dari para mentor kita yaitu antara lain Ibu Martha Thilaar, Bapak Sudhamek AWS,– Christina Whidya Utami , Nur Agustinus, Antonius Tanan, Yusak Anshori , Nur Agustinus dan contoh kasus usaha mikro binaan Lembaga Pengabdian Masyarakat Universitas Ciputra.
Ibu Martha Thilaar bercerita bagaimana beliau mencapai kesuksesan yang dicapai sekarang ini dari usaha yang sangat kecil. Dari sebuah salon. Modal yang dia miliki adalah pengetahuan tentang Tanaman Obat, Kosmetik dan Aroma Therapy. Beliau mempunyai mimpi besar untuk Mempercantik Indonesia dengan tiga hal di atas. Beliau mendirikan salonnya dengan uang patungan keluarga. Dari salon kecil itu beliau menjadi solusi kecantikan bagi pelanggan-pelanggan yang kebanyakan istri para duta besar. Dari usaha itu Beliau menemukan mencoba untuk memperbesar usaha dengan membuat jamu kecantikan dengan sasaran awal untuk menembus pasar domestik. Yang pertama kali beliau lakukan adalah membawa pulang kembali warisan budaya Indonesia yang ada di Belanda untuk diterapkan di Indonesia. Ethnobothany dan medical antropology adalah yang menjadi sumber inspirasinya. Untuk meyakinkan pelanggan beliau kumpulkan orang-orang yang berjerawat untuk diobati dengan ramuan mujarabnya berupa jeruk nipis dan belerang. Banyak yang sembuh dan inilah salah satu kunci sukses awalanya.
Selain itu beliau mempunyai nilai yang dipercayai untuk bisa menumbuhkan bisnisnya yaitu DJITU (Disiplin ,Jujur ,Iman yang Kuat , Inovasi Terus Menerus , Tekun dan Ulet). Nilai inilah yang membuat perusahaan yang dipimpinnya bertahan dalam kondisi apapun. Seperti yang terjadi pada saat krisis 1998 dimana perusahaannya tidak mem-PHK kayawannya. Semua karena tercerahkan dengan nilai ini. Yang Terakhir beliau menekaankan bahwa keragaman kekayaan Indonesia bisa menjadi modal yang ternilai untuk menumbuhkan bisnis kita.
Itulah beberapa pengalaman yang ditularkan oleh Ibu Martha Thilaar. Lain lagi dengan Bapak Sudhamek AWS beliau memberikan percerahan tentang melakukan transformasi melalui intensitas, fokus dan konsistensi. Beliau mengatakan sebuah prestasi besar atau mahakarya besar itu terletak pada bagaimana kita menguasai detail. Penguasaan detail didapatkan dari upaya terjun langsung ke bisnis yang kita tekuni. Untuk terjun langsung maka harus fokus pada satu industri. Tidak ingin sana ingin sini. Akhirnya semua tak berhasil.
Beliau menekanankan bahwa seorang entreprener yang sukses itu harus mempunyai empat kompetensi yaitu pertama, mengethaui industry know how, kedua, menguasai industry network. Industri network bisa terdiri dari 4 kemungkinan. Ke depan, ke belakang, kekanan dan kekiri. Ketiga, Duit. Bagaimana me-manage uang yang merupakan darah dari bisnis. Dan Ketiga, Manajemen.
Wisdom yang lain yang beliau paparkan bahwa untuk menjadi pengusaha yang ideal harus mempunyai tiga syarat : Pertama, kepintaran di atas rata-rata. Kedua,  Kerja sangat keras.  Ketiga, waktu dalam hidup.
Lain lagi pelajaran yang diberikan oleh Ibu Whidiya Utami, beliau memaparkan pentingnya recouce based strategy. Beliau mengungkapkan  empat hal dalam recouce based strategy (Mahoney dan Pandini, 1991) yaitu pertama, pola organisasi dan administrasi yang baik. Kedua, bauran dari tangible asset dan intangible asset, Ketiga. Adaptif dan responsif terhadap dinamika pasar, dan kempat, budaya organisasi.
Mentor selanjutnya bapak Nur Agustinus menekankan pentingnya effectual entrepreneurship. Inti sari dari konsepnya adalah bahwa seorang entreprener harus berfikir effectual bukan berfikir kausal. Berfikir effectual intinya bagaimana ia membuat bisnis berdasarkan sumber daya apa yang dia miliki bukan sumber daya yang belum dia miliki. Prinsip effectual entreprenuership sebagai berikut :
1. Bids in Hand (apa saja yang kita miliki, siapa diri kita, apa yang bisa kita lakukan, siapa yang kita kenal).
2. Affordble loss (sebarapa siap kita menanggung resiko)
3. Lemonade principle (apapun yang terjadi dalam diri kita semua bisa menjadi peluang)
4. Crazy Guilt (kemapuan membangun  serpihan kenalan menjadi jaringan)
5. Pilot in the plane (dalam bisnis kita pilotny adalah kita sendiri).
Lain hanya ide dari Bapak Yusak Anshory.  Beliau mengumpamakan sukses bagaikan medorong  mobil. Di awal adalah yang terberat. Seiring bisnis kita yang terus bertumbuh semua akan melaju dengan lancar. Tapi ingat walaupun sudah lancar dan menguntungkan jangan lupa terus mengontrol keuangan dan terus melakukan ekspansi.
Lebih menarik lagi apa yang dipaparkan oleh pak Anhonius Thanan. Beliau membuat cerita imajinatif bagaimana kedai mas joko dari sepi menjadi ramai dengan menerakan strategi ABBA (Amati, Bertanya, Berdiskusi, dan Analisis). Dan tidak lupa menerapkan TAKUTIROKO (Tambah, Kurangi, Tiru, Rubah, Kombinasi).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar